September 18, 2011

Fun in The Rail




Talent : Merri
Spot : Musi 3 Palembang

Learned about Strobist

I remember when I first time learned about strobist technique, especially for Model Photography. I was invited to participate in Hunting Model with Palembang Photography Community in Kaskus. Now days we call it "Komunitas Fotografer Kaskus Regional Palembang". 

We aggreed to met in "Bukit Golf" Gas station, Gerri n Arman had arrived and waited for me. After that we headed to spot in Palembang Trade Center parking spot that Ilham was waited with four models, if i not mistaken two of them are Ratu and Brenda. I really supprised that the hunting model is so crowded because its also hunting for "Komunitas Fotografi Palembang" too, which is led by Jhony Satria. After that Septian and Indra decided to join us.

After that Ithonk up to the location, and we decided to do photoshoot in parking spot 3rd floor of Diamond . Zul,Eggy and Wisnu arrived with full equipment. Finally we started night strobist with sunset background. Before I show up my first model photoshoot, Do you know about strobist ?

Strobist is photography which uses of camera flash (OCF) to take a picture. Instead of usual pop-up flash or speelight attached on top of the camera, strobists use OCF to achieve more pleasing an more dynamic photographs. With off-camera flashes, you can experiment to achieve better results. 


Most of cameras use shutter speed 1/200, ISO 100 and aperture depending on lens for example f/8-f/11. If you want to have shallow depth of field by using a lower f-stop, so bring the aperture f/5,6.  

Last, you might want to get accessories. Not necessarily needed but it will greatly aid you in getting the perfect shot. Some examples light stands, reflectors, umbrella. If you're going to get some, consider buying a light stand an a light modifier (umbrella or softbox).


Better pictures, that's the reason most of people get into using strobist. Light is the language of photography. Without light there are no photos. With strobes, you add more light to the picture, and thus will have more control over the final product. It’s like knowing more words when writing a novel. Adding a single light can introduce drama in a picture. It can show more detail or hide some. The extra work you put into making the shot, greatly affects the output.

Getting your strobist gear is just the beginning of the journey. Wait for the next post where I’ll show you why and how to use strobes. Keep on shooting and embrace the light !


Talent : Vivi
Spot : 3rd floor parking of Diamond

Big thanks to Ithonk, Eggy, Black, Arman, Candut, Gerry and Zul to teached me about strobist. Also Septian and Indra too.
Komunitas Fotografer Kaskus Reg.Palembang






Agustus 03, 2011

Trip Komunitas Fotografer Kaskus Regional Palembang (KFKRP) to Semendo

Baru-baru ini saya bersama rekan-rekan sejawat saya yang sama-sama hobi fotografi yang tergabung dalam KFKRP berangkat ke Semendo. Semendo atau masyarakat lokal biasa menyebutnya "semende" adalah sebuah kota kecamatan di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan. Saya bersama kak Candut, Septian serta Indra berangkat dengan menggunakan mobil kak Arman. Cukup jauh perjalanan yang ditempuh yakni sekita 9 jam, dengan  melewati daerah Indralaya - Prabumulih - Tanjung Enim -  Muara Enim dan Semendo. Karena perjalanan yang terlampau sudah terlalu siang untuk berangkat, kami memutuskan untuk singgah sebentar di rumah saudara kak Candut di daerah Muara Enim dikarnakan jalan yang harus dilewati di semendo harus melewati bukit-bukit beserta jurangnya dan jalur yang dilewatipun sangat kecil yakni hanya bisa di lewati satu mobil (dua mobil sebenarnya bisa, tapi terlalu mepet). Selama di Muara Enim kami pun menginap sembari mengistirahatkan badan yang lelah selama perjalanan.
.Diambil dari kamera bb saya : barang di bagasi.
Hari kedua kamipun siap untuk memulai perjalanan, berangkat sekitar jam 6.30 setelah sarapan, perjalanan pun kami mulai. Ada satu yang unik selama perjalanan yang kami tempuh yakni keadaan BBM yang minim di setiap daerah yang kami lewati. Entah kenapa, BBM ini menjadi salah satu barang yang langka. Perjalanan kami tempuh sekitar 3 jam dari Muara Enim dan kami memutuskan untuk berhenti sejenak untuk menikmati indahnya panorama alam air terjun curup tenang yang menjadi salah satu komoditi wisata penduduk setempat.
.Diambil dari kamera bb saya : Antrian BBM di daerah.
Sebelum memulai pemotretan landscape kami pun menikmati hasil bumi yang paling terkenal di daerah ini yakni kopi. Masyarakat setempat menyebutnya kopi Semendo dimana di pasaran internasional kopi ini biasa disebut kopi Sumatera.

“Sumatra coffee beans are some of the heaviest, smoothest & most complex coffee in the world.” (Coffeeresearch.org)"

Kopi Sumatera merupakan salah satu kopi yang bertekstur paling lembut, dengan citarasa yang paling kuat dan kompleks saat disajikan, diantara berbagai jenis kopi di dunia. Dan kopi Semendo merupakan salah satu brand terbaik dari kopi sumatera.

Setelah puas menikmati kopi Semendo, perburuan landscape pun dimulai, beruntung kondisi cuaca saat itu sangat bersahabat, tidak terlalu terang dan udara perbukitan yang sangat sejuk. Saya menggunakan filter polarization dan GND hard untuk membuat warna yang dihasilkan lebih berkarakter dan alat ini dapat mendukung tehnik slow speed yang ingin saya buat. 
.Curup Tenang.
.Foto diabadikan oleh kak Arman : Arman, kak Candut, Saya, Indra dan Septian.
Perjalanan kembali kami teruskan, tidak lama dari curup tenang, kami kembali berhenti untuk menyambangi sebuah kebun durian dari paman kak Candut. Acara santai makan durian pun berlanjut sambil menunggu adzan dzuhur tiba. Cukup banyak durian yang kami makan di lokasi, kalau tidak salah sampai 7 buah, yang membuat saya, kak Candut, Septian dan Indra merasa mabuk durian (catatan ternyata kak Arman anti durian,alasannya tidak tahan). Uniknya ada kepercayaan bahwa kalau makan durian di daerah pagar alam, untuk menghilangkan bau tak sedapnya, kita dapat mencuci tangan dengan memejamkan mata. Percaya atau tidak bau di tangan pun hilang dengan seketika ketika saya mencobanya.
.Foto diabadikan oleh kak Arman : Pesta Durian.
Perjalanan selanjutnya ditempuh kurang lebih 2 jam dari kebun durian, kamipun sampai di Semendo sekitar pukul 16.00. Kami langsung membersihkan diri di sebuah mata air langsung dari bukit yang airnya sangat dingin seperti batu es. Setelah membersihkan diri kamipun beristirahat untuk melanjutkan perburuan Human Interest (akan saya posting di postingan selanjutnya :D ) 
.Diambil dari kamera bb saya : Septian dan kak Arman.
.Diambil dari kamera bb saya : Adik bungsu a.k.a kak Candut.
.Diambil dari kamera bb saya : Kegiatan Membersihkan Gear.
.Diambil dari kamera bb saya : Canon, Nikon, and Sony Lens.
.Diambil dari kamera bb saya : Kak Candut Juragan Gear.
Hari berikutnya dimulai dengan perburuan sunrise, dikarnakan bangun yang sudah terlalu siang, alhasil matahari pun sudah sangat tinggi,tapi alhmadulillah saya masih mendapatkan sebuah gambar yang menurut saya unik. Yakni sebuah landscape dengan Ray of Light yang membentang di sepanjang panorama perbukitan yang sedang dalam keadaan mendung.
.Barisan Ray of Light.
.Sunrise Hunter.
Kami melanjutkan perjalan ke Segamit, yaitu sebuah dusun kecil yang terletak paling tinggi di Muara Enim. Segamit mempunyai hawa yang sangat sejuk, dimana  keindahan panorama alamnya terdiri dari persawahan dan barisan bukit yang sangat indah.





.Foto diabadikan oleh kak Arman : After LS shoot in Segamit Village.
Setelah mendapatkan apa yang dicari, pada hari ke tiga kami memutuskan untuk melakukan perburuan Human Interest, banyak yang saya dapat dan saya akan unggah di postingan berikutnya. Tapi disamping itu saya tidak lupa mengambil beberapa gambar mengenai panorama alam yang ada di sawah para penduduk.




.Foto diabadikan oleh kak Arman :  Saya dan kak Candut.
Perburuan Landscape yang paling berkesan di Semendo, yakni perburuan di Curup Tenang. Curup tenang merupakan sebuah lokasi wisata yang hanya penduduk setempat yang mengetahui keberadaannya, dimana untuk menuju ke sana cukup membuat jiwa berpetualang saya terpanggil. Untuk menuju ke sana, kami harus mendaki bukit, melewati perkebunan durian, perkebunan kopi dan sarang babi liar, sedangkan untuk menuju ke sana kami harus menuruni jurang yang benar-benar memacu adrenalin. Asiknya ketika haus kita dapat memotong ranting untuk mendapatkan airnya. Perjalanan yang ditempuh untuk sampai ke curug tinggi dengan berjalan kaki kurang lebih 1,5 jam.
.Foto diabadikan oleh kak Arman : Before Extreme Landscape Shoot.
.Foto diabadikan oleh kak Candut dengan kamera Iphone : After Landscape Shoot.
.Kebun Kopi Semendo.
.Embun yang dihasilkan oleh Besarnya Curup Tinggi.
Tips dari saya untuk pemotretan landscape kali ini yakni :
1. Jangan tinggalkan tripod anda, meskipun berat tripod akan sangat-sangat membantu
2. Persiapakana apa yang ada perlukan, seperti pakaian, pisau lipat , makanan dan minuman karena ini akan sangat sangat membantu anda.
3. Pergunakanlah filter CPL dan GND untuk mendapatkan hasil yang prima.
4. Khusus untuk landscape slowspeed air terjun, penggunaan case underwater dianjurkan, untuk melindungi gear ada dari keadaan basah dan lembab.
5. Jangan lupa untuk melakukan matering yang tepat.
6. Penggunaan kain hitam untuk melihat hasil dikamera sangat dianjurkan, selain membantu anda ketika matering, dapat mengurangi intensitas cahaya ketika anda melihat hasil, disini saya menggunakan sarung.
.Foto diabadikan oleh Indra : Saya a.k.a buridx.
Alhamdulillah kami Komunitas Fotografer Kaskus Regional Palembang menjadi orang pertama yang behasil mengabadikan panorama alam ini, meskipun harus dibayar dengan jatuhnya saya ke jurang yang lebih kurang 3 meter(Alhamdulillah jg tampa cedera serius, hanya lecet). Saya berharap suatu saat pemerintah bakal menjadikan curup Tinggi sebagai objek wisata dikarnakan objek ini masih dikatagorikan sebagai objek wisata yang belum tersentuh tangan pemerintah. Mudah-mudahan jika ada lain kesempatan saya dapat kembali ke sini untuk lebih mengeksplore keindahan alam yang ada di Semendo...amin.

.Curup Tinggi.



Juli 31, 2011

Most wanted Spot : Puncak Menara Jembatan Ampera

Saya ingat betul ketika mendapatkan pesan singkat oleh Septian mengenai ajakan untuk kumpul KFKRP (Komunitas Fotografer Kaskus Regional Palembang. Isinya kurang lebih seperti ini "Mau ikut manjat ampera ga ? Serius ini". Mengapa ada kata-kata "Serius ini" karena pada sehari sebelumnya saya baca di thread yang isinya ajakan kumpul di homebase demang oleh kak Zul, ternyata anak-anak tidak ada yang kumpul sama sekali. Untuk memastikan hal ini saya pun menelpon Septian dan benar adanya memang akan diadakan night landscape di lokasi yang paling diincar oleh para landscaper, yakni puncak menara Jembatan Ampera.


Tidak semua orang bisa mengambil gambar dispot ini, berhubung kak Candut mempunyai teman yang merupakan juru kunci menara, kami pun mendapatkan akses untuk melakukan pendakian. Sebelum memulai perjalanan kami pun tidak lupa untuk berdoa terlebih dahulu demi keselamatan dan kesuksesan, jujur saja menara ini terkenal angker. Terkumpulah para pendaki-pendaki tangguh yakni saya sendiri, kak Candut, kak Wisnu, kak Arman, Septian dan Indra

Untuk mencapai puncak, kita harus menaiki kurang lebih 200 anak tangga, dimana anak tangga ini sangat kecil. Akan tetapi masih jauh lebih besar daripada anak tangga menara mesjid agung. Pendakian cukup menguras tenaga, terlebih dikarnakan kurangnya oksigen akibat ruangan yang sempit ditambah dengan kondisi medan yang sangat sangat berdebu. Setelah hampir kurang lebih 30 menit pendakian, kamipun tiba di ruang mesin dan pemotretan nightscapepun dimulai.


Setelah mendapatkan apa yang saya inginkan saya pun beranjak ke lantai berikutnya yakni ruang pengintaian. Bisa dibilang kondisi di ruangan ini sangat parah dan tidak terurus, wajar saja bila bisa dikategorikan sarang dari segala hantu. Sebelum beranjak ke atas saya menyempatkan foto FR Indra dan kak Wisnu.


.Penampakan 1 : Indra n kak Wisnu. 
.Penampakan 2 : kak Wisnu.
Untuk mencapai puncak banyak rintangan yang mesti dilewati, rintangan pertama yakni kami harus memanjat melalui tali tambang yang sudah terpasang untuk menuju ke puncak, rintangan ke dua yakni, untuk ke atas saya harus melewati sebuah lubang yang menurut saya sangat sangat kecil, terlebih ukuran tubuh saya yang sangat sangat besar. Alhamdulillah rintangan pertama dilewati, akan tetapi ini baru setengah puncaknya. Untuk mencapai ke tengah, saya harus melewati jari-jari atap yang sangat rapuh, dimana harus memposisikan badan secara pas dan berpegangan pada kayu yang pas. Alih-alih berpegangan, kalau salah langsung terjun ke bawah.

.Benteng Kuto Besak.
.Foto yang diambil di atas jari-jari atap.
Setelah cukup lama bercanda gurau di tangah, saya pun langsung menuju ke atas dengan menaiki tangga di sebuah lubang yang benar-benar pas dengan ukuran badan saya. Untuk mencapai ke atas saya meminta kak Candut untuk mengambilnya ke atas, setelah kamera aman, barulah saya langsung memanjat ke atas. Setelah mencapai puncak, Subhanallah sekali, Palembang terlihat sangat indah. Sangat berbeda keadaanya ketika siang dimana polusi merajalela ditambah dengan kemacetan yang terjadi hampir di semua titik.

.KM 0 Palembang.
.Ulu dan Ilir sungai Musi.
.Benteng Kuto Besak.
Ada satu yang konyol ketika sebelum dimulai pendakian, dikarnakan di komplek saya sudah terjadi mati air ledeng selama 4 hari dan saya hanya menyisakan baju di pakai. Saya benar-benar salah kostum karena medan yang dilewati mengharuskan saya harus memakai jaket dan celana panjang, saya hanya mengenakan sebuah kaos dan celana oblong.
.Petualang KFKRP : kak Wisnu, kak Candut, Indra, Kak Arman, Saya dan Septian.
Masalah selanjutnya yakni ketika pulang, jujur saja saya menyangkut di lubangnya dan tidak sengaja menginjak tangan Indra yang sudah terlebih dahulu sudah di bawah. Setelah tiba kembali ke ruang mesin, kegiatan dilanjutkan dengan menuruni anak tangga. Pesan saya jangan pernah berada di barisan paling belakang, benar benar menyeramkan. Saya seperti mendengar suara-suara pelan, dan usut punya usut ternyata berasal dari "walkie talkie" kak Wisnu. Perjalanan menuju bawah pun terasa lebih singkat dibandingkan perjalanan pendakian.

Sebelum pulang kami menyempatkan diri untuk beristirahat di tempat biasa KFKRP nongkrong, yakni riverside. Cukup banyak yang kami bicarakan dimana memutuskan untuk melakukan perjalanan perburuan landscape selanjutnya menuju Semendo.

Tunggu saja postingannya, sebentar lagi akan saya publish :)
.Sisi Lain River Side.
.Mesjid Agung Palembang.
Sedikit tips dari saya yakni :
1. Jangan lupa untuk menggunakan pakaian yang tebal bik itu menggunakan jaket karena kesehatan fotografer diutamakan.
2. Meskipun medan yang dilewati berat, jangan lupa untuk menggunakan tripod, karena pemotretan malam yakni night scape menggunakan shutter speed hingga 20 detik.
3. Usahakan untuk memfoto icon dari sebuah tempat, karena akan memberikan karakter tersendiri bagi foto anda.
4. Penggunakan filter polarizing dianjurkan sehingga membuat hasil foto anda akan tampak lebih bewarna.
5. Be creative for your perfect photos.